Rabu, 22 Oktober 2008

There's a...

Sweet sadness when you're doing your thesis (or as many of us would refer to "skripsi").

Buat gua pribadi, ada rasa haru melihat orang tua yang berharap banyak pada lu. Ada rasa bangga yang tak tertahankan saat lu menjawab "Skripsi" untuk pertanyaan anonymous, "Semester berapa?". Ada rasa sombong yang membuncah-buncah saat lu menatap sinis pada muka-muka anak baru yang inferior (sorry nih, anak baru. Tapi boleh dong? Kan nanti lu juga akan berasa yang sama? Fuhuhu). Ada cerita yang seru atas betapa lu banyak berubah selama tiga tahun ini (perubahan berat badan yang signifikan, misalnya? *ehm*). Ada rasa galau yang menghantui lu saat lu teringat masa-masa berpendidikan lu yang akan tertunda karena lu akan bekerja. Ada kenyataan pahit yang menjelang-jelang dan menyambut lu kalau lu ga akan pernah lagi se"jaya" ini. Ada kegilaan yang mencengangkan yang membuat lu heran betapa otak lu adalah spons yang bisa menyerap begitu banyak informasi dalam waktu singkat. Ada kekhawatiran akan bagaimana lu akan mendapatkan data lu yang seabreg-abreg itu. Dan ada perubahan yang cukup drastis dalam kehidupan sosial lu.

Betapa tidak? Beruntunglah orang-orang seperti gua yang masih punya tiga hari sosialisasi dengan orang-orang kampus. Gua sih ga kebayang aja gitu kalo gua harus ngerjain skripsi selama enam bulan tanpa pernah sekali pun punya waktu untuk bercengkrama ga jelas dengan orang-orang dekat yang senasib. Sisi jeleknya ya... lu tetep ada kelas.

Beberapa hari yang lalu gua ketemu dengan dosen mata kuliah "Aspek Hukum dalam Bisnis" sama "Perpajakan" gua. Doktor satu ini memang seakan punya rasa kagum terhadap gua dan geng gua--atau paling tidak itu yang kamu rasakan (Ge-eR). Sang doktor sendiri cukup terkejut melihat kami bertiga masih jalan di lorong-lorong kampus. Dia bertanya, "Loh? Kok kalian masih di sini, sih? Belon lulus juga?"

Kaget dan setengah bingung, kami menjawab dengan respons-cepat-sekenanya: "E... Iya, Dok. Hehehe." Setelah senyum-senyum kecil, si doktor lantas berlalu. Terus kita masih ga ngeh juga. Ni orang kenape, ye? Bukannya 3 tahun itu udah cukup cepet ya? Dan setelah gua bertapa cukup lama, gua baru nyadar kalo gua ngambil kelas perpajakan pas semester IV.

Ga ada yang salah sebenernya di gua. Kecuali bahwa kelas "Perpajakan" itu sebenernya subjek untuk anak semester VI. dan semenjak semester IV itu satu setengah tahun yang lalu, maka pantas lah si doktor bertanya-tanya tentang keberadaan tiga tuyul serangkai di lorong-lorong tempat kerjanya. HOHOHO.

Moral of the story: Jangan ambil "Perpajakan" di semester IV.

1 komentar:

Tuxedo_Snoopy mengatakan...

FINAL SEMESTER !!!!
WOOHOOOOO !!!!

blogger templates | Make Money Online