Senin, 27 Oktober 2008

Dipikir-pikir, "Yang mana?", "Yang mana", "Ya...ng mana... dong?"

Judul yang menyenangkan. Teringat kembali lagu Titik Puspa yang tersohor itu. Tapi kali ini pemikiran lagu ini tidak berujung pada kebingungan seorang perempuan pada pilihan yang diambilnya atas pasangan. Kali ini, selarik kalimat ini berujung pada penyedia layanan GSM mana yang akan saya pilih.

Terus terang, saya kesal akan provider saya yang sekarang. Di banyak hal, saya merasa ditipu. Entah berapa kali provider saya ini mengganti tarifnya dengan semena-mena dan tanpa menanyakan apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Padahal, sayalah sebagai pelanggan yang seharusnya memiliki posisi tawar. Toh, pelayanan yang diberikan oleh provider saya ini bukan merupakan pelayanan yang bersifat premium sehingga saya harus membayar lebih mahal. Namun, apa mau dikata? Saya sudah terlanjur malas untuk mempublikasikan nomor yang baru kalau-kalau saya bermaksud untuk mengganti nomor telepon genggam saya.

Sehubungan dengan kuliah dosen saya, saya berniat untuk mencari nomor baru untuk telepon genggam kedua saya. Dosen saya berargumen bahwa memiliki telepon genggam sekunder penting bila Anda berniat untuk melangkah ke dunia kerja. Logika di balik argumen ini ialah nomor bisnis diupayakan dipisahkan dengan nomor pribadi. Sehingga, tatkala Anda tidak ingin diganggu oleh urusan kantor di luar hari kerja, Anda hanya perlu mematikan nomor sekunder yang Anda peruntukkan kegunaannya bagi urusan kantor ini.

Logika yang sederhana namun masuk akal bagi saya. Lantas, saya pun berniat untuk membeli telepon genggam yang berupa jam tangan. Alasannya? Karena telepon genggam saya yang sekarang begitu besar. Bayangkan bila saya harus menggenggam dua telepon genggam berukuran ekstra. Telepon inilah yang akan berfungsi sebagai telepon sekunder saya.

Mengingat sifat telepon genggam jam tangan yang lebih mendukung percakapan verbal daripada sms, saya kemudian mencari provider dengan tarif berbicara yang lebih murah. Berbekal kesakithatian saya terhadap provider lama saya, saya bertekad untuk tidak memilih provider yang sama untuk nomor sekunder saya. Biar begitu, saya lantas dihantam dengan kenyataan PAHIT kalau semua provider GSM di Indonesia BERTARIF PROMO. Artinya, satu-satunya yang pasti dalam pelayanan semua provider yang saya maksud adalah "ketidakpastian tarif" itu sendiri. Maka semakin bingunglah saya dalam memilih. Jagad raya! Dunia apa ini? Semakin banyak penjual, malah semakin sedikit pilihan!


1 komentar:

Tuxedo_Snoopy mengatakan...

tunggu dapet 'work phone' aja dari bos lu
ga usa keluar biaya sendiri
everything is paid for by the company !! lol

blogger templates | Make Money Online